Kamis, 03 Februari 2011

Unknown

Oke, sekarang tepat pukul 3 dan aku sudah mendapatkan kursiku. Pertandingan masih akan berjalan 20 menit lagi, para suporter di Ekonomi sudah memenuhi sof hingga tak ada yang tersisa. VIP memang nyaman pikirku, kanan kiriku masi longgar. Berjarak sekitar 3 orang di kanan dan 2 orang di kiri hingga penonton lain. Kurasa VIP tak akan seberapa ramai seperti di VIP. Tim kota kami menduduki tengah klasemen, prestasi tim kami pun biasa saja. Beberapa penduduk mungkin tampak fanatik, seperti yang bisa dilihat di Ekonomi, beberapa yang ada di VIP mungkin hanya sebatas meluangkan waktu kosong mereka saja. Pandanganku kuluruskan tepat ke depan, ke para suporter yang menyanyikan yel yel mereka. Kupindah ke pandanganku ke belakang, sesosok muda mudi  merajut kasih. Bukan karena pertandingan mungkin, hanya mencari tempat kencan

Itu dia, para pemain memasuki lapangan, melakukan pemanasan seperti biasa dan berdiri berderet untuk melakukan ceremony. Tradisi sepakbola, Para suporter Ekonomi tampak bersemangat, juga begitu para pemudi di belakangku, walau kursi VIP satu persatu terisi mereka tak peduli dengan keramaian yang datang. Kananku masih tersisa 2 orang, kiriku 1 orang. Seseorang mengisi kursi kanan, tepat disebelahku. Seorang wanita, 2 tahun lebih muda dariku, 21 tahun mungkin, berambut panjang, putih, cantik. Oke, aku masih belum melihat wajahnya bahkan tubuhnya, aku tadi hanya mengangan saja. Kulihat ke kanan dan, Demi tuhan apa yang kupikirkan tadi adalah benar. Aku menciptakannya pikirku, tertawa kecil.
Permainan berjalan biasa saja, kedua tim bermain awal di awal babak, cukup membosankan pikirku. Wanita di kananku memakai jaket tebal (karena ini musim dingin mungkin), celana jins, dan baru kusadari pakaiannya hampir sama denganku tampak bingung sendiri. Sedikit ia mengintip tasnya, menunduk mengintip di balik kursi, berulang kali sekitar 2 menit.
":Mbak, maaf."aku mengambil inisiatif
Mbuat risih ya?maaf mas. nyari kunci".tampak bersalah di wajahnya. Sedikit penasaran aku menengok ke bawah kursiku dan
:"Ini mbak?" kutunjukkan padanya
"Iya, iya ini. makasih mas." berseri, ia duduk dengan tenang lagi.
"Lucu ya gantungannya.." kucoba membuka percakapan,jarang mendapat kesempatan seperti ini, lucu memang gantungannya, seorang anak mebawa boneka yang bonekanya membawa boneka lagi.
"Oh iya, haha.".
Perbincangan terus berjalan, sama halnya  pertandingan, menikmatinya yang semakin berjalan seru, obrolan kami diselingi dengan gurauan kecil, sempurna pikirku. Tim kami mendapatkan peluang, sayang tak bisa memuaskan penonton. Semua kecewa, ciri khas para penonton sepakbola tentunya. Begitu juga dengan perempuan di sebelahku ini, melampiaskan kekecewaanya dan wanita itu memegang tanganku erat. Lupa aku berkenalan, tak perlu kupikir, melihatnya saja sudah cukup, Sang wanita di sebelahku memeluk tanganku dengan erat, aku tak punya niatan, dia yang punya. Aku bisa merasakan kebutuhannya, perlindungan, ketenangan. Eratan pelukannya hingga membuat tanganku hangat menunjukkan, Kami penuh dengan kegembiraan disana.Pertandingan selesai, aku berjalan dengannya menuju pintu keluar stadion. aku yang meminta, kami berjalan pelan, menikmati setiap langkah dan lorong keluar menuju stadion yang sepi. Kupilih jalan itu walau lebih jauh. Agar lebih lama waktu bisa kunikmati bersamanya  Ia tak mau aku antarkan sampai ke tempat parkir, dia menoleh kepadaku dan tersenyum sesaat. Dia berjalan melangkah menjauh, kami sudah berpamitan. Aku masih belum bisa mengeja namanya. Nanti kami pasti bertemu, pasti..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar