Kamis, 24 Februari 2011

1 langkah = takdir

Mereka berdua kini berhadapan, hanya dipisahkan sebuah meja, setelah dua tahun mereka bermain seperti tikus dan kucing. Bima alias Arjuna Hitam, seorang lelaki berumur muda berumur 28 tahun yang mempunyai talenta di bidang komputer, anggar, menembak, dan perakitan bom. Kehidupan dan pekerjaannya adalah seorang pembunuh bayaran, yang selama dua tahun ini dicari oleh Fatir, seorang polisi senior. Pengejaran itu melibatkan tiga Negara, yaitu Malaysia, Thailand, dan negeri sendiri Indonesia. Beruntung Negara ini memiliki sistem ekstradisi dengan kedua Negara lain. Fatir menjabat sebagai seorang polisi selama 16 tahun, yang dulunya hanya berpangkat polantas, naik drastis menjadi kesatuan bareskrim setelah menilang seorang teroris yang paling dicari, akibat tidak memakai helm saat mengendarai sepeda motor. Ia langsung menangkap teroris itu dan dianugerahi gelar dari pusat.
2 tahun lalu  Bima disalahkan atas pembunuhan seorang wakil rakyat yang mengunjungi daerah Kutai di Kalimantan. Kutai dikenal akan industri migasnya yang besar dan berproduksi tinggi. Membuat kabupaten itu mendapat penghasilan perkapita tertinggi tahun ini. Untuk itulah sang wakil rakyat datang untuk menghadiri  acara pembukaan pemboran minyak baru di wilayah selatan Kutai. Bima alias Arjuna hitam, memasang 5 bom berdiameter 6 senti yang dipasang di mobil sang wakil rakyat. Menurut tim forensik TKP, bom dipasang satu di setir, dan ban mobil dimana setiap ban dipasang satu. Bom yang dipasang di dalam dan di luar mobil mempunyai fungsi berbeda. Di dalam berisi Sulfurdioksida yang berisi kandungan lebih hingga bisa mematikan. Di ban mobil, hulu ledak bom sangatlah kecil, hanya bisa mengempiskan ban.
            Bima berada di hotel yang sama dengan sang wakil rakyat. Malam sebelumnya, ia sudah memasang kelima bom dimobil itu. Mobil berisikan 3 orang, yaitu satu supir, seorang sekertaris wanita dan sang wakil rakyat. Mereka menuju arah Kutai Selatan dari hotel mereka dan diperkirakan sampai sekitar pukul 9, dan bompun sebelumnya diset meledak pukul 08.15. Ban mobil meledak terlebih dahulu dan membuat mobil terguling dengan jarak 15 meter ke depan. Saat mereka sekarat dan terancam tewas karena pendarahan, bom di setir mobil meledak, meyebabkan racun yang berakibat mematikan.
Mereka tewas,  Bimapun melangkah pergi tanpa jejak.
Tapi itu hanyalah perkiraan yang seharusnya, yang terjadi adalah
Sekertaris wanita mengalami hambatan setelah ia merasa make-upnya terlalu tebal, padahal dia sudah dua langkah menuju mobil, ia pun kembali ke mobil. Beruntung baginya wakil rakyat itu belum berada di mobil, karena ia mengalami hambatan juga. Ia lupa membawa jas hitam kesayangannya yang dia jadwalkan untuk acara pembukaan ini. Jadi dia harus memilih di antara 5 jas lain yang ia bawa untuk dipakai. Sang sekertaris selesai membenahi make-upnya, ia siap untuk keluar. Sesaat ia membuka pintu kamar, dan berjalan keluar Ia bertabrakan dengan wakil rakyat tersebut, membuat wakil rakyat dan perempuan terjatuh. Sang wakil rakyat itu bangun terlebih dahulu dan membangunkan sekertaris wanita. Panah cinta ternyata menancap ke hati wakil rakyat setelah itu. Mereka berpandangan sekitar 46 detik,dan akhirnya mereka berjalan bersama ke mobil. Si sopir ternyata tidak bersiap di mobil, karena merasa bosan menunggu ia akhirnya bersantai di warung depan hotel. Saat ia melihat wakil rakyat dan sekertaris datang, ia berlari menuju mobil, tapi rokoknya belum habis dan tersisa setengah. Sang wakil rakyat menganggap ini kesempatan berdua dengan sekertaris wanita. Maka terbuanglah 13 menit.
5 menit sebelum bom meledak.
            Sang sopir dengan cepat menyedot habis rokoknya dan kembali ke mobil. Sekembalinya, ia melihat wakil rakyat dan sekertaris wanita sedang bercumbu, maka ia menunda sejenak. Ia pun memutuskan menuju kamar mandi untuk buang air kecil.
            Bompun meledak.
            4 ban mobil kempes, wakil rakyat dan sekertaris tampaknya tidak terpengaruh akan hal itu. Bom yang mengandung racun di setir mobil pun meledak, mengeluarkan racun dengan efek mematikan. Baru dengan meledaknya bom ini, mereka sadar dibawah ancaman. Beruntung bagi mereka, pintu mobil tidak dikunci dan mereka bisa keluar dengan cepat. Bima mengamati mereka dari lantai 2 hotel dan setelah melihat kedua calon korbannya lari, ia mengambil Rifle di kamar hotelnya.
            Kedua korbannya berteriak meminta tolong. Mereka menghirup sedikit gas beracun tersebut, memberikan kepanikan di otak. Bima membidik wakil rakyat terlebih dahulu, ia siap menembak. Hari itu sepertinya bukan hari keberuntungan Bima, si sopir buang air kecil yang berada di lantai 2, bersebelahan dengan kamar Bima. Setelah ia melihat Bima membawa sebuah senapan, ia panik dan berteriak. Bima melihat sang sopir yang berteriak dan menembaknya dari jarak dekat tanpa membidiknya. Ia kembali ke wakil rakyat, kali ini tanpa hambatan ia mudah melakukannya. Bimapun langsung meninggalkan hotel.
            Tapi, sang sopir ternyata belum tewas, ia dirawat di Rumah Sakit terdekat dan mengalami koma selamaa beberapa bulan. Ia menjadi subjek perlindungan polisi hingga sadar. Ia pun akhirnya memberi kesaksian di kantor polisi. Polisi memberikan daftar orang orang kriminal yang paling dicari, dan ia melihat foto Bima. Bimapun menjadi buruan polisi utama setelah itu.Fatir diangkat sebagai ketua bareskim sehari setelah Bima menjadi buruan utama, dan ia langsung mendapat tugas untuk menangkap Bima.
            Fatir langsung mengerahkan para bawahannya untuk menangkap Bima. Pencarian dimulai dari tempat kelahiran Bima di Purwakarta, hingga beralih ke negeri Melayu. Foto-Foto Bima dipasang di segala penjuru sudut sudut kota Malaysia. Hingga dikabarkan Bima beralih ke kota di Thailand, Pattaya.
            Pattaya adalah Las Vegasnya Asia Tenggara. Kota ini sangat ramai dikunjungi dan menjadi tempat bermain untuk muda mudi di seluruh dunia, dan Bima memanfaatkan keramaian itu. Kepolisian disini akan sulit berunding dengan Thailand karena status Pattaya sebagai pusat wisata. Selama satu tahun Bimapun dibiarkan.
 Setahun berjalan, Fatir mengunjungi rumah Bima yang kosong dan tak berpenghuni lagi. Berharap muncul sebuah cahaya petunjuk dari Tuhan. Ruma itu cukup besar, tampak Bima adalah seorang keluarga yang kaya. Berbeda dengan rumah rumah lain di sekitar, karena disini adalah perkampungan kecil
Tuhan menjawabnya..
Fatir bertemu dengan pengasuh Bima, bukan orang tua kandungnya. Bima diasuh sejak umur 8 tahun setelah ia membunuh kedua orangtuanya. Si pengasuh adalah pembantu orang tua Bima, ia sendiri yang melihat Bima membunuh kedua orang tuanya, menggunakan sebilah pisau. Kedua orang tuanya juga pembunuh bayaran, mereka melatih Bima berbagai ketrampilan membunuh sejak ia masih balita. Karena umur dan suatu keadaan lain, Hakim memutuskan agar Bima menjadi tahanan rumah dirawat oleh pembantunnya dan melakukan homeschooling dengan pengawasan polisi. Pembunuhan yang dilakukan Bima kepada kedua orang tuanya menjadi sebuah pembelajaran baru bagi para psikiater saat itu. Berbagai psikiater datang dan menjadi dokter mental bagi Bima, menjadi sebuah pertanyaan metode apakah yang mereka lakukan untuk menyembuhkan Bima. Para psikiater itupun berhenti setelah 3 tahun merawat Bima.
Kasus Bima tidak di sebarkan di pers, kepolisian menyembunyikan hal itu. Bimapun menjadi perhatian polisi bertahun tahun. Bima disekolahkan di sekolah agensi pemerintahan. Ia diajarkan berbagai ketrampilan menjadi seorang agen. Pemerintah menjadikan dia sebagai asset Negara, dan Bima sudah diluar jangkauan polisi karena ia sekarang milik pemerintah.
Kehendak pemerintah untuk menjadikannya sebuah asset gagal. Bima kabur dari sekolah itu dan bergabung dengan mafia. Ia melakukan berbagai pembunuhan bagi para mafia atau independen. Pembunuhan independen yang dia lakukan adalah membunuh para psikiater yang pernah merawatnya, dan beberapa polisi yang pernah menangani kasusnya.
            Sulitnya menangkap Bima membuat polisi menurunkan aksi penangkapan, dilanjutkan Bima jarang melakukan pembunuhan. Nama Bima mencuat kembali setelah aksi pembunuhan Kutai.
Fatir memutuskan untuk membawa pengasuh Bima ke kantor untuk interograsi. Suatu hal yang mengejutkan terjawab, kedua orang yang dibunuh Bima bukanlah orang tuanya, orang tua Bima sesungguhnya adalah atasannya, Mafia. Ketrampilan Bima dalam membunuh sengaja ditunjukkan dengan aksinya kepada kedua orang asing itu, yang akhirnya dianggap sebagai orang tua Bima. Hingga Bima bersekolah di agensi pemerintahan dan kabur. Semua telah menjadi rencana orang tua Bima untuk memasukkan anaknya ke sekolah itu, dan membunuh para polisi terbaik di negeri yang juga sebagai pengurus kasus Bima. Sedangkan untuk pembunuhan para psikiater, Bima melakukannya untuk kesenangannya saja.
            Hal ini membuat Mafia tersebut menjadi tujuan utama Fatir, dan dengan tangannya sendiri Fatir menangkap Mafia itu tanpa surat perintah. Ia pun member dua pilihan kepada mafia itu, mati atau memanggil Bima alias Arjuna Hitam pulang dan diserahkan ke kepolisian. Penukaranpun terjadi antara Mafia dan Bima. Benar, Fatir menyandra Mafia di puluhan anggota Mafia lain. Fatir lalu membawa Bima ke kantor polisi. Sedangkan Mafia pergi entah kemana, dan saat ini Fatir harus menginterogasi Bima tentang keberadaan Mafia.
            Mereka sekarang berhadapan, Bima dan Fatir, di sebuah ruang interogasi yang sempit. Di belakang Fatir terdapat ruang kaca dengan selambu kayu yang terbuka. Seseorang bisa melihat ruang interogasi ini dari ruang kaca itu, tapi bila seseorang berada di ruang interogasi ini, ia tidak bisa melihat ke dalam ruang kaca itu. Ruang kaca itu biasanya digunakan untuk merekam interogasi dan mengawasi, kacanya pun juga anti pecah. Ada dua orang yang pangkatnya sama dengan Fatir di dalam, mereka mengawasi dan merekam interogasi.
            “Aku mencoba menjadi kamu Bima, mencoba berpikir seperti kamu. Apa tindakanmu setelah bangun tidur, apa yang kamu makan di pagi hari, siang hari, dan malam hari. Kegiatan apa yang akan kamu lakukan di Pattaya hari ini. Aku berpikir seperti itu, dan kini aku berhasil membuat kamu duduk disini. Menanti ketukan palu hakim untukmu, berapa lama mereka memvonismu untuk hukumanmu, atau mungkin untuk hukuman mati. Sekarang beri aku lokasi dimana orang tuamu berada, Mafia.” Kata Bima.
            “Perlu kau tahu Pak Polisi.”
            “Panggil saja aku Fatir, oke. Anggap kita sudah kenal lebih dekat.” Interup Fatir.
            “Oke, perlu kau tahu Fatir, kau tak akan pernah bisa menjadi aku. Kau tak akan tahu apa yang aku pikirkan. Tak akan pernah tau keseharianku, perbedaan kita sudah sangat jelas. Kau dilahirkan untuk sebuah peraturan, aku dilahirkan untuk sebuah kebebasan. Aku dilahirkan dengan bakat ini, aku dilahirkan sebagai revolusi.” Bima tampak berbicara dengan ekspresi dingin, tangannya tampak bergerak gerak sesuai dengan irama perkataannya.
            “Kamu dilahirkan karena kegilaan orang tuamu.”
            “Tidak tidak,orang tuaku adalah anugerah Fatir. Kau akan iri kepadaku bila mempunyai orang tua seperti mereka. Bahkan mungkin sekarang kau iri kepadaku, karena talentaku ? Karena bakatku yang tidak engkau punyai ?”
            “Tidak tidak, aku justru bersyukur tidak menjadi dirimu. Dengan bakat anehmu itu.” Bima berkata dengan mimik muka yang menghina.
            “Lalu kenapa kau mencoba menjadi aku ?”
            “Pertanyaan bodoh.” Ucap Bima
“Padahal kau tak tahu kau takan bisa, takan pernah bisa menjadi aku. Tapi kau mempergunakan kesempatan itu, mencoba menjadi aku dengan alasan sebuah tindakan psikis seorang polisi untuk menangkap pelaku..” Bima berkata dengan suara keras, ingin meneruskan omongannya tapi Fatir berdiri dan beralih ke ruang kaca untuk menutup selambu. Fatirpun mengambil kunci di kantongnya dan mengunci ruang interogasi.
            “Sial, kita lupa ia punya kunci cadangan.” Kata Dani, ketua bareskim lain dengan satuan berbeda di ruang kaca.
            “Menjadi sebuah peraturan bukan bahwa para pengintrogasi tidak boleh mengunci pintu interogas..”
            “Aku tau bedebah, aku tau! Sekarang katakan dimana Mafia !”Fatir memegang tangan Bima dan memukulnya wajahnya dua kali. Bima tertawa kecil.
            “Duduklah ditempatmu Fatir duduklah, kita akan berbicang dan aku akan memberitahu lokasinya.” Fatir duduk di kursinya dan merapikan pakaiannya.
            “Oke, aku duduk, ceritakan dongeng dongeng yang ingin kamu ucapkan.” Sindir Fatir.
            “Sebenarnya aku ingin bercerita bersama denganmu Bima, kita berbagi pengalaman tentang hidup kita masing masing. Karena menurutku ada kesamaan di antara kita. Kesamaan dari kita sesuai dengan apa yang aku tebak adalah, kita haus akan tujuan bukan ?” Bima berhenti sesaat, menunggu reaksi Fatir. “Tujuanmu selama 2 tahun ini adalah menangkapku bukan ? Kau membuang semua kasus kasus lain hanya untuk fokus menangkapku. Mengumpulkan foto foto lamaku, rela menuju dubes Thailand untuk memohon izin pengejaranku ke Pattaya. Lalu kembali ke tempat asalku yang jaraknya sekitar 4 jam dari sini menggunakan pesawat. Itulah dirimu, kau terobsesi dengan tujuanmu. Kau tidak akan berhenti sebelum mendapatkannya walau terkesan mustahil.” Kata Bima dengan menggerakan tangannya sesuai dengan irama yang ia katakana.
            “Tidak, menangkapmu bukan hal yang mustahil.” Sela Fatir.
            “Tunggu aku belum selesai, kalau aku Fatir. Tujuanku selama ini adalah revolusi dan kebebasan akan diriku. Aku rela pergi jauh dari negeri ini untuk sebuah revolusi dan kebebasan. Aku rela menghabiskan waktu di Pattaya, menghadapi keramaian, menunggu waktu yang tepat untuk revolusiku dan kebebasan. Itulah tujuanku, aku menunggunya hingga tercapai ”
            “Apa yang kamu maksud dengan revolusi ha?”
            “Negeri ini pernah mengalami revolusi, sebuah perubahan secara cepat. Mereka mengatakan reformasi, aku mengatakan revolusi.”
            “Aku masih belum mengerti.”
            “Ayolah Fatir, kau tak akan bisa menangkapku bila sang wakil rakyat membawa jas kesayangannya, dengan begitu mereka akan berangkat tepat waktu dan mati sesuai perkiraanku. Satu langkah kecil merubah semua, bukankah begitu? Kau mungkins sekarang masih menjadi polantas bila kau tak menilang teroris itu. Itu adalah takdir.”
            Fatir langsung memukul Bima, Bima terjatuh ke lantai, terdengar pintu interogasi digedor oleh orang di luar.
            “Fatir. Buka pintunya !” gedoran semakin sering dan terdengar keras.
            “Semua baik baik saja Dani, tenang ! aku bisa mengatasi sendiri.” seru Fatir. Fatir lalu menggeser meja ke pintu, memastikan agar pintu tidak dapat dibuka dengan dijebol. “Baik sekarang tinggal kau dan aku bedebah !” Fatir duduk di atas badan Bima yang tergeletak di lantai. Wajah Bima memar di tulang pipi kanan. “Darimana kau bisa tau tentang aku hah!”
            “Sudah kubilangkan tadi, kau akan iri mempunyai orang tua seperti Mafia. Kau akan iri.”
            “Dari mana bajingan !” Fatir memukul tulang pipi kanan Bima lagi.
            “Bagaimana hidup sebagai yatim piatu ? Kesepian hah ?” gumam Bima pelan. Ia menatap tajam Fatir.
            “Bajingan kamu!” Fatir memukul Bima dengan keras, tangan kanan dan kirinya bergantian memukul tulang kanan dan kiri pipi Bima. Gedoran pintu di luar sudah tidak terdengar lagi.
            Fatir menghentikan pukulannya, warna biru keunguan jelas berada di wajah Bima. Fatir berdiri dan duduk di kursinya.
            “Kalau bisa kubunuh sekarang kau disini Bima, katakan sekarang dimana Mafia.” Tegas Fatir.
            “Kau tau, orang tuaku benar benar bernama Mafia. Bukan karena sebutannya adalah Mafia.” Bima berdiri dengan tenang. “Ia lelaki yang cukup baik, ayah yang tegas. Dulunya ayahku sama denganku, sebagai pembunuh bayaran, ketrampilannya membuat banyak orang memujanya. Orang orang meminta perlindungan dibawahnya, para kriminal itu.”
            “Aku tahu, aku tahu brengsek!” Fatir menuju ke arah Bima, bersiap untuk memukul dan merobohkannya sekali lagi, tapi kali ini Bima mengelak dengan mudah . Fatir tampak kaget, kini Bima memukulnya dengan tangan kiri. Sekali pukul dan Fatir roboh.
            "Kau hanya pantas sebagai polantas, kau tak pantas mendapat pekerjaan ini.” ucap Bima. Bima menarik kerah kemeja Fatir dan membangungkan Fatir.  “Kau terobsesi dengan tujuanmu, menangkapku. Padahal kau tahu itu tidak mungkin, bukan begitu Fatir.” Fatir tampak setengah sadar, pukulan Bima tadi benar benar merobohkannya. Bima mendudukkan Fatir ke kursi.
            “Aku pasti akan membawamu ke tiang gantung.” Gumam Fatir pelan.
            “Tidak akan, bahkan interogasi ini illegal bahkan. Kau tidak akan mendapat surat perintah karena ayahku, Mafia, ia sudah merasuk ke dalam tubuh kepolisian. Bahkan tempat ini, bahkan aku tak tahu tempat ini. Tempat ini memang tempat interogasi, tapi bukan di kantor polisi, orang orang yang kau bawa kesini, hanyalah orang yang belum mengenal Mafia.” Bima menaruh kaki kanannya di atas bahu Fatir.  “Aku tahu siapa dirimu, asal usulmu. Aku sebenarnya berada di Pattaya selama satu bulan. Lalu aku kembali ke negeri ini setelahnya. Ck, saying sekali kau tidak mengetahuinya.” Bima menurunkan kakinya, ia berputar dan mengambil kursinya. Duduk di depan Fatir.
            “Setelah aku membunuhmu disini, aku akan keluar dan membunuh kedua temanmu yang tampaknya sekarang memanggil satuan petugas. Tapi aku jamin mereka akan mati di jalan, ayahku sepertinya sudah mengirim orang. Bila ayahku tidak mengirim orang, maka mungkin aku harus mengambil pistol mu ini.” Bima mengambil pistol Fatir yang berada di dalam tas kecil miliknya di lantai. “Aku tidak akan membunuhmu dengan ini untuk menghemat peluru, jadi aku akan mematahkan lehermu. Oke mari kita lihat berapa sisa peluru yang kau punya, 7 peluru. Bagus, cukup untuk membantai polisi diluar bila mereka memang jadi kemari. Colt bukan nama jenis pistol ini ? Masih terlihat bagus, kau merawatnya setiap hari ?”  Bima memandangi pistol Fatir dengan seksama.
            Kali Bima berdiri ke belakang Fatir. Melilitkan kedua tangannya.
            “Aku akan membunuh Mafia setelah itu, ia sedikit mengekangku beberapa hari ini, lalu membunuh pengasuhku yang bersedia memberi informasi kepadamu, lalu supir itu. Aku akan menembaknya dengan riffle yang sama, aku punya di gudang rumah Mafia. Inilah yang aku sebut revolusi dan kebebasan Fatir, kau mungkin akan tau jawabannya nanti di surga, bila kau beruntung bisa masuk ke sana. Sampaikan salamku kepada malaikat kematian. Sampaikan kepadanya bahwa ini saatnya ia pensiun oke ?” suara ‘kletek’ terdengar, leher Fatir patah. Bima duduk kembali, merapikan rambutnya dan memandangi mayat Fatir.
            “Bila kau tidak menilang teroris itu, kau mungkin masih hidup sekarang. Bila kau tidak kembali lagi ke rumah lamaku waktu itu, bila pengasuhku tidak bertemu denganmu. Mungkin sekarang kau masih hidup. Begitu juga dengan mereka, bila aku tidak pernah dilahirkan, mungkin mereka semua besok masih hidup.”
            Bima menyingkirkan meja yang menutupi pintu, memutar kunci dan pintu terbuka. Ia berjalan keluar sambil membawa Colt milik Fatir.
            Setiap langkah memang menentukan takdir kita. Bukan Tuhan yang menentukan, Ia hanya member arahan dan bimbingan, kita yang menentukan.







2 komentar:

  1. ge.. Ceritamu bgus2..
    Nggapleki, tp ad unsur pngthuannya juga..
    Jln crtanya jg asik..

    Makasi ya dah dksi almtnya..hhe

    BalasHapus